Selasa, 07 Juni 2011

Refleksi 5 Juni : Akankah Tangisan Bumi Kita Abaikan?

Refleksi 5 Juni : Akankah Tangisan Bumi Kita Abaikan?
Moment 5 Juni pada tahun 2011 ini untuk kesekian kalinya kita peringati. Namun untuk kesekian kali pula kita hanya lewatkan saja tanpa pernah kesadaran kita pulih untuk menyelami makna esensial yang ada dalam moment ini. Tragis ! ironis! Begitulah keadaan global masyarakat saat ini. Tak terkecuali dari semua elemen yang ada, entah itu masyarakat umum, pemerintah, mahasiswa, praktisi, dosen, stakeholder dan semuanya, mereka telah menjadikan moment 5 juni sebagai ritual menyerukan perbaikan tapi tidak ada tindakan nyata yang berkelanjutan. Saat moment tersebut berlalu, lenyap pulalah perhatian semua lapisan pada keadaan lingkungan hidup yang saat ini sangat mengenaskan.
Sebenarnya apa sih makna penting yang ingin digaungkan saat dulunya tanggal 5 juni ini dipilih sebagai hari lingkungan hidup?

Selasa, 31 Mei 2011

“Go Green Indonesia Ku”

Selama ini terdapat kesan dan pengertian umum, permasalahan lingkungan hidup adalah suatu hal yang baru. Hal ini disebabkan oleh perhatian terhadap kegiatan dalam bidang lingkungan yang meningkat selama dasa warsa 1950-an, 1960-an dan memuncak dalam dasa warsa 1970-an. Namun sebenarnya permasalahan ini telah ada sejak manusia ada di bumi, bahkan kalau kita meninjaunya lebih luas dari segi manusia permasalahan ini ada sejak bumi ini tercipta. Jika perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat malapetaka dan kepunahan hewan serta tumbuhan dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa bumi kita telah mengalami permasalahan lingkungan yang besar.
Memasuki abad ke 21, manusia dihadapkan dengan beragam persoalan yang semakin kompleks. Bertambahnya kuantitas permasalahan hidup, berkorelasi dengan kecakapan manusia itu sendiri dalam menanganinya. Dalam kurun waktu terakhir ini, seluruh masyarakat dunia terfokus pada permasalahn global, salah satu isu terhangat saat ini adalah global warming. Keadaan iklim yang tak menentu adalah salah satu dampak dari global warming. Tak hanya itu, permasalahan yang lebih besar sebenarnya sudah menunggu di depan, ibaratnya seperti gunung es, tampak kecil dipermukaan namun sejatinya sangat besar dan kuat di bawah. Global warming adalah tanda dari keakutan penyakit lingkungan yang ada di sekitar kita. Biang kerok dari semuanya adalah manusia karena tidak ada lagi makhluk lain yang bisa berbuat demikian.

Kamis, 25 November 2010

The Miracle of Tahajud

Shalat tahajud ialah ibadah yang kita lakukan pada malam hari, biasanya tengah malam atau lewat tengah malam. Shalat tahajud juga dikenali sebagai shalatullail atau qiyamullail. Shalat ini sangat baik terutama dilakukan oleh setiap muslim seperti halnya Rasulullah saw dan para sahabat tidak meninggalkannya sepanjang hayat sebagai ibadah tambahan yang memperkuat ruhiyah setiap muslim untuk menjalani hari-harinya.

Tidur dan Shalat Tahajud

Umumnya manusia mengatakan tidur malam perlu antara 6 hingga 8 jam sehari. Tetapi pendapat ini ditolak para saintis Barat seperti Dr Ray Meddis, seorang professor di Department of Human Sciences, England University of Technology yang mengatakan bahwa manusia sebenarnya perlu tidur malam 3 jam saja.

Waktu tidur dibagi ke dalam 2 bagian, tidur ayam dan tidur lelap. Mimpi biasanya terjadi pada tidur lelap [deep sleep]. Manusia perlu berlatih untuk dapat tidur lelap karena tidur ayam adalah saat berangan-angan dan membuang waktu saja. Tidur yang sebenarnya adalah ketika tidur lelap yang mengikuti kajian saintis Barat yakni selama 3 jam. Kita merasaka bahwa tidur malam kita selalu tidak cukup. Hal ini dikarenakan kita tidak teratih atau mengikuti aturan ketika tidur.

Apabila seorang atlit hendak memasuki suatu pertandingan lomba lari, dia akan berlatih

Integrasi Sains dalam Pendidikan Islam

Integrasi Sains & Islam pada Pendidikan

Dengan mengetahui seluruh “duduk perkara” sains dan Islam di atas, tampak bahwa hakekat persoalannya adalah memadukan agar pada setiap aktivitas kita, setelah ada kerja keras dari kekuatan tubuh kita, ada kerja cerdas berdasarkan sains dan kerja ikhlas berdasarkan Islam.

Dalam dunia pendidikan, yang biasanya akan dikembangkan pada seorang anak didik adalah olah fikirnya (kognitif), sikapnya (afektif) dan life-skill-nya (psikomotorik). Di sinilah perlu penelaahan yang mendalam agar di setiap aspek ada muatan sains dan Islam secara sinergi. Bahkan lebih jauh lagi, beberapa mata pelajaran bisa dipadukan sehingga tercipta suatu fokus yang berguna secara praktis.

Sebagai contoh: Mengajarkan masalah air.

Kita bisa membahas mulai dari soal siklus air (IPA/fisika). Agar terkesan, bahasan bisa dilakukan di tepi kolam atau sungai. Di situ sekaligus ada pengetahuan tentang IPS/geografi. Kemudian bagaimana manusia berbagi air (matematika). Lalu bagaimana hukum-hukum Islam yang berkait dengan air (thaharah, hadits “manusia berserikat dalam air, api dan padang gembalaan”). Dan terakhir siswa diminta membuat karangan tentang bagaimana menjaga

Minggu, 07 November 2010

Analisis Kesenjangan Penerapan Konsep Integrasi-Interkoneksi Terhadap Kepuasan Mahasiswa Angkatan 2008/2009 Dalam Proses Belajar Mengajar
(Studi Kasus di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Oleh : Khotibul Umam. Widyani NL, Erwin Arsadani

LATAR BELAKANG MASALAH
Sejarah ilmu pengetahuan selama ini selalu diukur dari kemajuan teknik dan ketinggian metode-metode kuantitatif di dalam studi ilmu alam. Pandangan seperti ini menganggap konsepsi ilmu pengetahuan sekarang sebagai satu-satunya yang sah dan benar, ilmu pengetahuan lainnya seakan-akan harus dilihat dari kaca mata ilmu pengetahuan modern dan memberikan evaluasi terutama yang berhubungan dengan perkembangan dalam perjalanan manusia. Manusia dipandang sesuai dengan keahlian ilmu yang ia miliki. Tanpa sadar manusia dikotak-kotak dalam dimensi ilmunya masing-masing.
Manusia bukanlah makhluk yang satu dimensi, kita menginginkan manusia dipandang “utuh” yaitu manusia yang selain memiliki ilmu pengetahuan dengan akalnya juga memiliki budaya, iman kepada Tuhan dan agamanya, dan menghargai seni serta estetiknya. Manusia yang memiliki persepsi historis tentang perjalanan bangsanya dalam sejarah peradaban manusia.

Senin, 05 Juli 2010

ASAL USUL MANUSIA

A. Pendahuluan

Ada dua persepsi tentang siapa nenek moyang manusia. Dari kubu sains, mereka akan mengatakan bahwa nenek moyangnya adalah Pithecantrophus erectus sedangkan dari kubu agama mereka menolak nenek moyangnya manusia purba karena mereka berasal dari Adam As. Perdebatan tentang masalah asal usul manusia memang terus berlanjut hingga sekarang.

Dewasa ini permasalahan tentang masalah nenek moyang mulai mengalami degradasi kepercayaan. Persepsi agama ( baca : Islam ) semakin bias. Hal ini disebabkan tidak adanya penguatan pendapat untuk membuktikan bahwa adam adalah nenek moyang manusia. Banyak orang meragukan , benarkah adam nenek moyang manusia ataukah Pithecantrophus erectus seperti yang diklaim oleh Charles Darwin ?

Sebelum kita memasuki ranah pemikiran Darwin tersebut, kita harus mengetahui dulu latar belakang pemikirannya. Charles Darwin yang hidup pada tahun 1804 – 1872 ternyata pemikirannya terinspirasi dari pendapatnya Ibnu Khaldun yang lahir empat abad sebelumnya di Maghrib, Afrika Utara. Cendikiawan besar muslim tersebut dalam kitabnya “Muqaddimah” mengemukakan bahwa dunia yang diistilahkan dengan “alam at takwin” ini diawali dengan alam benda, kemudian alam tumbuh tumbuhan, lalu disusul alam binatang. Manusia menurut Khaldun menduduki tempat tertinggi di alam binatang, suatu status yang dicapainya setelah ia melalui tahap kera, karena memiliki kemampuan untuk berpikir dan merenung.

Minggu, 05 Juli 2009